JavaMagazine (Banyuwangi) - Ajang pariwisata tahunan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) sukses digelar di Banyuwangi, Sabtu (22/11/2014) kemarin. Event fashion berbasis budaya lokal ini tiap tahunnya mengusung tema budaya lokal. Tahun ini, tema yang diusung adalah Tari Seblang yang merupakan tarian ritual tertua di Banyuwangi dan telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Nasional oleh pemerintah pusat.
Tari ini dimaksudkan sebagai usaha memperoleh ketenteraman, keselamatan, dan kesuburan tanah agar hasil panen melimpah. Ritual ini ditarikan seorang penari dalam kondisi 'trance', kondisi tak sadarkan diri, sebagai penghubung warga desa dengan arwah leluhurnya.
"Kami selalu mengusung budaya lokal dalam setiap event wisata. Ini berbeda dengan kebanyakan daerah lain yang justru membawa tema budaya global ke level lokal," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Turut hadir dalam acara wisata itu, antara lain, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake. Puluhan ribu warga dan wisatawan berbaur menikmati ajang fashion budaya tahunan tersebut.
Sebanyak 500 peserta berparade di beberapa jalan utama di Banyuwangi. Mereka mendefinisikan ritual Tari Seblang ke dalam busana yang dipamerkan. Semuanya tampak meriah dan gemerlap tanpa menghilangkan makna dari ritual Tari Seblang.
Ada yang memasang berbagai ornamen mirip buah-buahan di sekitar mahkota kepala sebagai tanda syukur atas hasil bumi yang melimpah. "Kreativitas anak-anak muda ini patut diberi ruang. Dengan kemasan menarik, bisa menjadi event wisata yang dapat menggerakkan perekonomian masyarakat," kata Anas.
Anas menjelaskan, ritual Tari Seblang hingga sekarang masih lestari. Setahun diselenggarakan dua kali di desa yang berbeda, yaitu di Desa Olehsari dan Desa Bakungan. Di Desa Olehsari, ritual ini digelar pada hari ketujuh setelah Idul Fitri dengan penari gadis atau janda yang masih segaris turunan dari penari-penari Seblang sebelumnya. Ia menari dalam keadaan tak sadarkan diri selama sepekan. Sementara Seblang di Desa Bakungan diselenggarakan pada malam ketujuh setelah Idul Adha dengan penari perempuan yang sudah menopause. Ia juga menari dalam kondisi tak sadarkan diri
"Kami masih punya banyak sekali potensi seni dan budaya yang bisa diangkat jadi tema event wisata pada tahun-tahun mendatang. Event wisata seperti karnaval modern harus berbasis pada potensi seni-budaya Banyuwangi. Kemasan boleh glamour dan modern tapi akar seni-budaya Banyuwangi tidak boleh tercerabut. Itulah yang membedakan Banyuwangi Ethno Carnival dengan karnaval-karnaval lainnya di Indonesia, bahkan di dunia," jelas Anas.
Bukan hanya tari dan ritual adatnya yang ditampilkan, BEC juga menyajikan musik tradisional Banyuwangi. "Itulah yang membuat BEC satunya-satunya karnaval di dunia yang diiringi oleh live music tradisional," tuturnya.
Anas menambahkan, event wisata berbasis seni budaya juga menjadi ajang konsolidasi budaya di daerahnya. "Sekaligus ini sebagai bagian dari upaya mempelajari sejarah dan budaya. Saat ini, pelajaran sejarah dan budaya semacam ini sudah saatnya diperkenalkan di luar kelas, tidak hanya di dalam kelas," kata Anas.
0 komentar:
Posting Komentar