Acara yang dihadiri umat Hindu seluruh belahan nusantara yang dimotori oleh Komunitas Forum Spiritual Hindu Kabuputan/Kota Blitar.
Digelarnya ritual sesaji Hayuning Penataran dengan sesaji Mahesa Lawung (kerbau bule,red) dalam rangka Wulujengan Nagari (selamatan negara). Ritual ini digelar memohon kepada Yang Maha Kuasa agar bangsa ini diingatkan kembali ke jalan darma yang sudah dicantumkan dalam Pustaka Suci Weda.
Upacara ini sendiri dilakukan sejak zaman Kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit. Dan upacara kerajaan ini sempat berhenti di masa Kerajaan Demak Islam selama kurang lebih 30 tahun, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam kegiatan upacara ini terdiri dari dua tahapan yakni Dewatyatnya (melakukan korban suci kepada Yang Maha Kuasa), Pitrayatnya (menghadirkan ruh leluhur, secara adman, agar ikut mendoakan).
Dengan mengambil Tema 'Wedhar Hayuning Penataran' karena Candi Penataran merupakan sejarah anak bangsa yang tidak lekang oleh jaman. Candi Penataran adalah saksi bisu dan saksi nyata, bahwa ribuan tahun lalu Bangsa Jawa ini telah harum namannya seantero dunia.
"Jati diri bangsa ini telah merosot, oleh karena itulah dasar acara ini digelar. Karena menyikapi dan memandang moralitas anak bangsa sudah dari relnya darma, kemerosotan moral sudah terjadi, penyimpangan moral dirasakan disana-sini," kata Drs Yulianto ketua panitia, sekaligus Darma Duta Nusantara.
Ditambahkan Yulianto, jika kita mau melihat, relief Candi Penataran, disanalah sejarah Bangsa Jawa ditunjukkan. "Bangsa Jawa didatangi oleh suku Inkamaya, Suku Yahudi, Suku Mesir , orang-orang China dan orang-orang Arab yang belajar tentang pawukon dan dinten pitu pekenan gangsal. Di relief-relief candi menceritakan kita adalah bangsa yang besar, dan mengapa sekarang menjadi bangsa yang kerdil," jelasnya.
Atas dasar tersebut digelarnya acara ini di Candi penataran sebagai moment kebangkitan kembali kesadaran sebagai bangsa Indonesia.
"Salah satu bukti kemrosotan Bangsa Jawa adalah mereka malu memakai Bahasa Jawa, berbusana Jawa. Padahal jika kita paham Jawa dari kata Arjawa yang berarti jujur, maka seharusnya saat ini kita malu dengan kondisi sekarang ini," kata dia.
Yang menarik dari upacara Wedar Hayuning Penataran, Sesaji Wilujengan Nagari ini adalah Sapta Maha Resi Hindu dari Jawa dan Bali membentuk formasi cakra Wisnu.
"Tahun 2013 kita membentuk formasi Trisula yang juga senjata Mahadewa (Syiwa). Sedangkan tahun ini menggunakan formasi Cakra yang juga senjata Dewa Wisnu. Kalau dalam Bhagawadgita pemutaran roda kehidupan itu namannya Cakram. Ia yang tidak ikut memutar roda kehidupan ini akan tergilas. Kalau tahun lalu kita memohon kekuatan, maka dengan kekuatan itu memutar roda kehidupan agar tetap mendapatkan tuntutan yang Yang Maha Kuasa," kata Kolonel (Purn) I Nengah Dana, mantan Sekkum PHDI Pusat yang sekarang menjabat sebagai Sabhawala (Dewan Pakar) PHDI Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar